Surabaya, 28 September 2025 – Di tengah derasnya arus media sosial yang menghadirkan banjir notifikasi, like, komentar, hingga story yang tiada henti, Yayasan Seribu Senyum melalui program Senyum Perempuan berkolaborasi dengan komunitas kepemudaan Temu Diri menghadirkan sebuah kajian islami bertajuk “Menjaga Hati di Era Like dan Story”. Acara ini diselenggarakan di Masjid Nuruzzaman Universitas Airlangga (UNAIR B) pada Ahad, 28 September 2025 pukul 08.00–11.00 WIB dengan menghadirkan pemateri Ust. Ahmad Ubaidillah, Lc.
Kajian ini menjadi ruang refleksi bagi para pemuda dan pemudi untuk memahami tantangan spiritual di era digital, khususnya bagaimana media sosial membentuk kebiasaan dan memengaruhi kondisi hati.
Ust. Ahmad Ubaidillah dalam pemaparannya menjelaskan bahwa interaksi yang tampak sederhana seperti memberi atau menerima like, komentar, hingga perhatian dari lawan jenis di media sosial dapat memicu produksi dopamin dalam otak. Lonjakan dopamin ini, jika tidak dikendalikan, melahirkan rasa senang yang semu, motivasi yang rapuh, hingga kecenderungan adiksi. Akibatnya, hati mudah terlena dan dipenuhi syahwat, sehingga perlahan kehilangan kepekaan terhadap nilai-nilai kebaikan.
Lebih jauh, beliau mengutip nasihat ulama besar Ibnul Qayyim rahimahullah:
“Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Rabb-nya, tidak beribadah dengan apa yang Dia perintahkan, dengan apa yang Dia cintai dan ridhai. Hati semacam ini berhenti pada syahwat dan kenikmatan, meski di dalamnya terdapat kemurkaan Rabb-nya. Hawa nafsu menjadi imamnya, syahwat menjadi pemimpinnya, kebodohan menjadi pengarahnya, dan kelalaian menjadi tunggangannya.”
Pesan tersebut menjadi pengingat bahwa media sosial, jika tidak dikelola dengan bijak, berpotensi menyeret hati pada lalai dan mati.
Sebagai solusi, peserta diajak untuk melakukan “puasa digital” dengan beberapa langkah praktis, antara lain:
- Menurunkan stimulasi dopamin dengan mengurangi konsumsi konten hiburan berlebihan.
- Menggunakan aplikasi pemblokir (App Block) untuk membatasi akses media sosial di waktu tertentu, khususnya menjelang tidur.
- Mematikan notifikasi dari aplikasi hiburan agar tidak mudah terpicu.
- Mengaktifkan strict mode yang hanya bisa dimatikan dengan password atau setelah waktu habis.
- Mengalihkan aktivitas ke hal produktif seperti membaca, olahraga, bekerja, atau berkreasi.
Kajian ini terbuka untuk ikhwan maupun akhwat, dan mendapat sambutan hangat dari para peserta yang menyadari pentingnya menjaga hati di era yang penuh distraksi. Melalui kolaborasi ini, Seribu Senyum berharap kegiatan serupa dapat terus menjadi wadah pembelajaran yang relevan bagi generasi muda, agar mampu menyeimbangkan antara perkembangan teknologi dengan keutuhan iman dan kesehatan hati.